KISAH KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD DAN PARA SAHABATNYA
hingga saling
menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu
amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi
antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara
kalian" - (Muslim)
Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW
Fizikal Nabi
Telah
dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra.
katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu
Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku
Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku
sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia
berkata:
Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang
senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam
purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu
pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan
bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya
hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya,
yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya
mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua
belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal,
giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang
halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi
tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara
kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya
dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya
dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya
dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya
lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal
berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak
menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut
serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar
daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak
seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan
perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah
atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke
bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada
melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan
terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya,
selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.
Kebiasaan Nabi
Kataku
pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah
Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih,
senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak
berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan
menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara
mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau
berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri,
senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela
nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan
marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat
membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi
marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya,
tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang
yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya.
Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk
kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak
tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya,
dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak
tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda
marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan
bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah
dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun
yang dingin.
Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku
simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada
Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu
menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah
menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda
dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu
mengenai Rasulullah SAW itu.
Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra.
lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW
lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan
khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan
masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian
untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri.
Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di
antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua
orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari
yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda
selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk
dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam
agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari
itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan
mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat
secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka
apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan
mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa
yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang
yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang
menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya
sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua
tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang
seumpama itu saja.
Baginda tidak menerima dari bicara yang lain
kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai
orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat
melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah
melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari
majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.
Luaran Nabi
Berkata
Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar,
dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar,
senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk
ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar
dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan
kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang
baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga
hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis
dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya
bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan
apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana
yang buruk dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap
pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah
lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua
perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng
dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah
orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya,
yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi
kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam
apa keadaan sekalipun.
Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi:
Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ?
Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau
bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda
tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta
ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada
sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu
dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang
ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata,
sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang
pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang
datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat,
baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu
bangun dan kembali.
Baginda tidak pernah menghampakan orang yang
meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan
jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan
hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak.
Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di
sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah.
Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah,
tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala
yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama
kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua
dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu
diutamakan, yang asing selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan ra.
lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada
orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya:
Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan,
seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka
berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau
beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah
mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang
berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut.
Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka
mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang
kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila
baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya
memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di
atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula
berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu
basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila
dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa
takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang
seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu
daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para
sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap
menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang
perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!".
Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya,
dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk
berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun
sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau
baginda menjauh dari tempat itu.
Diamnya Nabi
Berkata
Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana
pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada
mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana
berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan
kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana
persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun
tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan
terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran.
Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun
menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat
berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan
melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang
berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang
lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat
oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk
maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat
buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar